KH Said Aqil Siroj Minta Konsesi Tambang PBNU Dikembalikan ke Pemerintah
Jombang – Mantan Ketua Umum PBNU, Prof. Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA, menyampaikan pandangannya terkait polemik konsesi tambang yang diberikan pemerintah kepada PBNU. Menurutnya, langkah terbaik saat ini adalah mengembalikan konsesi tambang tersebut kepada pemerintah demi menghindari mudarat yang semakin besar bagi jam’iyah.
Pernyataan itu disampaikan Kiai Said usai bersilaturahmi dengan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya), para kiai sepuh, dan sejumlah mustasyar PBNU di Pesantren Tebuireng, Jombang, pada Sabtu (6/12).
Alasan Mengapa Konsesi Tambang Sebaiknya Dikembalikan
Kiai Said menjelaskan bahwa keputusan untuk mengembalikan konsesi tambang merupakan hasil dari evaluasi menyeluruh atas dinamika yang terjadi beberapa bulan terakhir.
Pada awalnya, ia melihat kebijakan pemerintah memberikan konsesi tambang kepada PBNU sebagai bentuk apresiasi negara atas kontribusi NU. Kebijakan ini juga dipandang sebagai peluang memperkuat kemandirian ekonomi organisasi, selama dikelola dengan tata kelola yang kuat dan memberi manfaat nyata bagi warga NU.
Namun, situasi berkembang tidak sesuai harapan.
Sejumlah Masalah yang Muncul
- Konflik internal di tubuh PBNU
- Pertentangan mengenai tata kelola konsesi tambang
- Polemik yang meluas ke ruang publik
- Kegaduhan yang dinilai merugikan marwah organisasi
“Melihat apa yang terjadi belakangan ini, konflik semakin melebar dan membawa madharat lebih besar daripada manfaatnya. Maka jalan terbaik adalah mengembalikannya kepada pemerintah,” ujar Kiai Said.
NU Harus Menghindari Aktivitas yang Berisiko Mudarat
Kiai Said menegaskan bahwa NU sebagai Jam’iyah Diniyah Ijtima’iyah memiliki misi spiritual dan sosial yang besar, sehingga organisasi harus menghindari 5 jenis aktivitas yang berpotensi merusak.
5 Aktivitas yang Harus Dihindari NU
- Aktivitas yang menimbulkan konflik internal dan polarisasi kader.
- Aktivitas yang mengganggu marwah serta independensi organisasi.
- Gerakan yang memunculkan persepsi negatif publik terhadap NU.
- Keterlibatan dalam bisnis dan politik berisiko tinggi.
- Aktivitas yang mengaburkan prioritas besar NU dalam dakwah, pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan umat.
Menurutnya, NU adalah rumah besar umat yang harus dijaga ketenangannya. Jika sebuah urusan lebih banyak membawa mudarat, maka sebaiknya ditinggalkan.
“NU ini rumah besar umat. Jangan sampai terseret pada urusan yang membawa kegaduhan dan menjauhkan kita dari khittah pendirian,” tegas Kiai Said.
Pembangunan NU Tidak Bergantung pada Konsesi Tambang
Kiai Said menambahkan bahwa kemajuan warga NU tidak ditentukan oleh adanya konsesi tambang, melainkan oleh upaya penguatan di berbagai sektor penting, seperti:
- Pendidikan pesantren
- Ekonomi kerakyatan
- Beasiswa dan peningkatan kualitas pendidikan
- Layanan kesehatan
- Digitalisasi layanan umat
Ia menekankan bahwa keberkahan NU berasal dari amanah, ketulusan, dan keilmuan para kiai serta jamaahnya.
“Keberkahan NU itu dari ketulusan dan amanah. Bukan dari proyek tambang. Kita bisa maju tanpa itu semua,” ujarnya.
Harapan untuk Masa Depan PBNU
Kiai Said menegaskan bahwa pandangannya ini disampaikan murni karena kecintaannya terhadap masa depan PBNU. Ia berharap organisasi kembali pada keteduhan, kemaslahatan, dan marwah yang telah dijaga lebih dari satu abad.
Konsesi tambang, menurutnya, hanyalah satu episode yang sebaiknya ditutup dengan langkah yang tepat, agar NU dapat kembali fokus pada tugas sucinya.

KH Said Aqil Siroj meminta konsesi tambang PBNU dikembalikan demi menghindari mudarat organisasi.
